BelajarInggris.net Tempat Kursus Bahasa Inggris Online cepat dan Mudah tanpa grammar Full Conversation / Percakapan Bersertifikat
Selamat Datang di Sastra Santri, Tempat Renungan, Diskusi, dan Aktualisasi Seorang Santri

Foto

Bersama Mahasiswa Thailand saat Berkunjung di Kediaman Pramoedya Ananta Toer.

Foto

Jalan-Jalan di IPB Bogor.

Foto

Saat Mau Menyeberang ke Pulau Bunaken, Manado, Sulawesi Utara.

Foto

Pertukaran Pelajar (Hungaria).

Foto

Jalan-Jalan Ke Kampung Inggris- Pare- Kediri- Jawa Timur.

Catatan Akhir Tahun 2009

Tahun 2009 sebentar lagi akan berakhir, dan fajar tahun 2010 segera menyongsong. Banyak peristiwa sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya yang telah terjadi di sepanjang tahun ini.Bila kita kaji paling tidak ada lima isu terhangat yang menjadi catatan di akhir tahun ini.

Pertama tentang kemiskinan dan kesejahteraan rakyat, kondisi kesejahteraan rakyat secara umum masih memprihatinkan.Upaya pemerintah mengurangi jumlah rakyat miskin tampaknya kurang membuahkan hasil, terbukti jumlah orang miskin masih sangat tinggi. Berbagai upaya pemerintah, mulai program Jaring Pengaman Sosial (JPS), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Askeskin dan Bantuan Tunai Langsung (BLT), tampaknya belum mampu menyelesaikan problematika kemiskinan dan kesejahteraan rakyat .

Kedua masalah korupsi masih menjadi problem akut buat Indonesia. Korupsi telah merusak sendi-sendi utama kehidupan bernegara, di antaranya membuat kebijakan pemerintah tidak berjalan optimal. Demikian ganasnya korupsi di Indonesia, dana bantuan bencana dan bantuan untuk orang miskin, seperti raskin (beras untuk orang miskin), juga dikorup.
Ketiga masalah disintegrasi bangsa, keutuhan bangsa sempat terancam dengan keberanian daerah untuk memisahkan dari NKRI, sebut saja maluku selatan (RMS), Papua, Aceh, dan sebagainya.

Di lembar keempat tertuang isu pemanasan global, hal ini tentunya juga tidak terlepas dari ulah tangan manusia. Penebangan hutan terus dilakukan. Ilegal logging pun tak kunjung selesai. Dalam 12 tahun saja (1991-2003), Indonesia sudah kehilangan 68 juta hektar hutan, atau sekitar 10 hektar per menit. Bayangkan, hutan seluas 15x lapangan bola lenyap setiap menit.

Terakhir masalah pendidikan masih menjadi masalah yang rumit bagi bangsa ini. Selain hal-hal penting tersebut, sepanjang tahun ini negeri yang oleh para pujangga dahulu disebut zamrud khatulistiwa juga tetap diwarnai oleh banyak sekali bencana berupa gempa, kebakaran, banjir dan longsong. Bencana tersebut juga menyisakan sebuah ironi Menilik berbagai persoalan yang timbul di sepanjang tahun 2009 dapat disimpulkan ada tiga faktor utama di belakangnya, yakni alam, sistem dan manusia termasuk kepemimpinan. Sudah saatnya kita mengevaluasi diri demi kemajuan di tahun yang akan datang. Program kerja yang belum terealisasi di tahun ini dikaji ulang, strategi-strategi baru harus segera disusun agar tahun 2010 menjadi lebih baik. Perubahan di tahun depan pasti diharapkan semua pihak, oleh karena itu, mari kita buka lembaran baru dengan slogan ”orang yang tidak sukses adalah orang yang takut akan perubahan”.

Bahasa dan Integrasi Bangsa

Keanekaragaman masyarakat Indonesia merupakan realitas objektif yang tidak dapat dipungkiri. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang paling majemuk komposisi jati diri budaya, agama, etnik, dan bahasanya, yang kemajemukan itu menjadi salah satu sumber kebanggaan bangsa. Muttaqin (2005) mengemukakan bahwa keanekaragaman yang ada di Indonesia di satu sisi akan memberi warna positif pada sistem nilai budaya bangsa apabila terwujud dalam bentuk interaksi yang saling melengkapi, tetapi di sisi lain dapat menjadi sumber konflik apabila tidak dipahami dengan baik. Keanekaragaman dianggap sebagai persoalan yang tampak terutama saat meletus konflik kepentingan antara negara dan komunitas berbasis etnik. Di Indonesia rusuh missal seperti yang terjadi di Sambas, Ambon, Poso, Papua, dan Aceh, merupakan indikator penguatan basis etnik di antara anggota komunitas-komunitas yang berbeda di tingkat lokal.
Oleh sebab itu, Alfian (2004) mengungkapkan bahwa konsep yang paling cocok adalah multikulturalisme yang penekanannya pada kesederajatan kebudayaan-kebudayaan yang ada dalam sebuah masyarakat. Multikulturalisme adalah sebuah perspektif alternatif untuk mengatasi pertentangan dan konflik sosial yang bernuansa etnis, agama, dan berbagai identitas primordial lainnya.
Bahasa sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat dalam satu kelompok etnik (intraetnik), maupun antaranggota masyarakat dua etnik atau lebih (antaretnik) tentu memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat multikultural. Berdasarkan fungsi tersebut, haruslah diakui bahwa bahasa, khususnya bahasa lisan selalu digunakan dalam dimensi sosial yang masyarakatnya multikultural, artinya pemakaian bahasa senantiasa melibatkan dua partisipan/pelibat atau lebih yang merupakan kelompok sosial terkecil. Kaitannya dengan masyarakat multikultural, bahasa sangat erat hubungannya dengan integrasi bangsa. Konflik yang terjadi karena perbedaan etnik,agama, budaya, maupun bahasa sangat membahayakan integrasi sosial masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki misi suci menciptakan masyarakat adil dan makmur atau mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur harus diselamatkan dari jurang kehancuran. Integrasi sosial Indonesia perlu diperkokoh dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengoptimalkan peran bahasa Indonesia.

Bahasa dan Integrasi Bangsa
Banyak ilmuan yang berbicara dan mendefinisikan bahasa. Ketika saya masuk kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, saya pun bingung ketika ditanya ”Bahasa itu apa?”. Mungkin ini bisa dimengerti karena sejak jaman Yunani Latin, dengan tokohnya yang sangat kita kenal dengan nama Aristoteles, orang sudah membicarakan tentang apa itu bahasa. Tetapi banyak yang tidak memperhatikan apa bahasa itu, karena bahasa sudah menyatu dengan kita, seperti halnya bahasa sudah menjadi detak jantung kita yang tidak pernah kita perhatikan.
Bloomfield seorang tokoh linguistik struktural mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota- anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Karena merupakan sistem, bahasa itu mempunyai aturan-aturan yang saling bergantung, dan mengandung struktur unsur-unsur yang bisa dianalisis secara terpisah-pisah. Jika dikaitkan dengan budaya, bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi saja, melainkan sebagai wujud apresiasi budaya. Pernah kita dengar maqolah ”Bahasa menunjukkan bangsa”, ujaran tersebut saya kira juga berlaku untuk budaya. Indonesia merupakan bangsa yang kanya akan bahasa dan budaya. Keanekabahasaan dan budaya yang ada di Indonesia harus diperhatikan agar tidak terjadi disintegrasi sosial masyarakat.
Menurut Martinet (1978:21) dalam Bunga Rampai Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra (Pusat Bahasa, 2001:471), bahasa merupakan pranata sosial. Pranata manusia tersebut bukan merupakan bahan dasar, melainkan merupakan hasil kehidupan bermasyarakat. Itulah sebabnya bahasa bisa berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman. Dalam linguistik umum yang saya dapatkan sewaktu duduk dibangku kuliah, dikatakan bahwa bahasa bersifat universal, bahasa itu bersifat umum. Jika kita kaji lebih mendalam, memang bahasa bersifat universal, namun sifat itu hanya berlaku di beberapa bahasan saja, seperti semua bahasa memiliki sistem sintaksis yang sama, sistem fonologi yang sama, dan sebagainya. Berkaitan dengan Indonesia yang multikultural, keanekabahasaan akan kita temukan secara jelas. Setiap suku di Indonesia memiliki bahasa yang khas, seperti Jawa dengan bahasa Jawa, Sunda dengan bahasa Sunda, Batak, Madura, dan sebagainya.
Keanekaragaman bahasa jika tidak dibina dengan baik akan memunculkan masalah yang mengancam integrasi bangsa. Menurut Claude Ake (dlm Nazaruddin Syamsuddin, Integrasi dan Ketehanan Nasional di Indonesia, Lemhanas, Jakarta 1994, hal3) integrasi nasional pada dasarnya mencakup dua masalah pokok, yaitu 1) bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh kepada tuntutan-tuntutan negara, yang mencakup perkara pengakuan rakyat terhadap hak-hak yang dimiliki negara, dan 2) bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mengatur prilaku politik setiap anggota masyarakat, konsensus ini tumbuh dan berkembang diatas nilai-nilai dasar yang dimiliki bangsa secara keseluruhan. Sedangkan menurut pakar sosiologi, Manrice Duverger dalam bukunya, mengatakan sebagai berikut:
“Integrasi didefinisikan sebagai “dibangunnya interdependensi yang lebih rapat antara bagian-bagian antara organisme hidup atau antar anggota-anggota dalam masyarakat, sehingga integrasi adalah proses mempersatukan masyarakat, yang cenderung membuatnya menjadi suatu kata yang harmonis yang didasarkan pada tatanan yang oleh angota-anggotanya dianggap sama harmonisnya”.
Dari kedua pengertian di atas pada hakekatnya integrasi merupakan upaya politik/ kekuasaan untuk menyatukan semua unsur masyarakat yang majemuk harus tunduk kepada aturan-aturan kebijakan politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur yang ada dalam masyarakat majemuk tadi, sehingga terjadi kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan nasional dimasa depan untuk kepentingan bersama.
Keanekabahasaan di Indonesia jika disikapi positif akan memperkuat integrasi bangsa, meskipun banyak ragam bahasa yang dimiliki, namun keragaman tersebut akan menambah kekayaan budaya kita.

Keefektivan Flip Over Pelangi dalam Meningkatkan Kemampuan Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sekolah Dasar

ABSTRAK

Penggunaan Flip Over Pelangi sebagai media peningkatan kemampuan penggunaan ejaan bahasa Indonesia merupakan suatu gagasan dalam menjawab kesulitan guru dalam mengarahkan perhatian, minat, dan motivasi siswa terhadap pokok bahasan ejaan bahasa Indonesia. Media ini terdiri dari lembaran-lembaran yang berisi materi-materi pokok ejaan bahasa Indonesia yang didesain sedemikian rupa sehingga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa dapat dikembangkan secara optimal. Dari sinilah penulis mengangkat permasalahan mengapa Flip Over Pelangi dapat digunakan sebagai media peningkatan kemampuan penggunaan ejaan bahasa Indonesia bagi siswa kelas V Sekolah Dasar dan bagaimana penggunaan Flip Over Pelangi dalam pembelajaran sebagai media peningkatan kemampuan penggunaan ejaan bahasa Indonesia bagi siswa kelas V Sekolah Dasar. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan Flip Over Pelangi sebagai media peningkatan kemampuan penggunaan ejaan bahasa Indonesia bagi siswa kelas V Sekolah Dasar serta menjelaskan cara penggunaannya dalam proses pembelajaran. Flip Over Pelangi merupakan media visual yang memiliki karakteristik umum bagi media visual, yaitu: mudah dibuat sendiri secara sederhana, murah biayanya, sesuai dengan emosional siswa, mudah dipersiapkan dan digunakan, sangat praktis perawatannya, serta penyimpanannya tidak memerlukan tempat yang luas. Dalam proses pembelajaran guru menjelaskan konsep-konsep dasar materi ejaan bahasa Indonesia disertai dengan contoh-contoh yang terdapat dalam Flip Over Pelangi. Setelah itu, guru membagi siswanya ke dalam kelompok-kelompok untuk kemudian ditugaskan untuk menggunakan media ini. Penggunaan media ini diakhiri dengan evaluasi mengenai kegiatan pembelajaran dan diteruskan dengan pembahasan bersama mengenai materi dan soal-soal yang dianggap sulit bagi mayoritas siswa disertai penguatan dari guru. Adanya suasana pembelajaran yang interaktif dan diskusi antarsiswa yang dinamis, maka penggunaan Flip Over Pelangi dalam pembelajaran dapat menjadi media peningkatan kemampuan penggunaan ejaan bahasa Indonesia siswa yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kata kunci : flip over pelangi, media pembelajaran, ejaan bahasa Indonesia

Iklan



Hapus Pesanan Politik

Suhu politik di negeri ini tampaknya memanas karena muncul pernyataan keprihatinan dari sejumlah tokoh maupun ormas sosial. Komnas HAM juga tidak luput dari sorotan masyarakat. Sejak pergantian figur, Komnas HAM tidak mengangkat citra baik di masyarakat dengan cara menyelesaikan kasus HAM. Mereka malah membuka polemik baru tentang cara menyelesaikan kasus HAM padahal kebanyakan figur dalam tubuh Komnas HAM merupakan tokoh-tokoh pilihan jebolan perguruan tinggi. Akibat dari situasi yang demikian, sepantasnya masyarakat mempertanyakan bagaimana peran Perguruan Tinggi di Indonesia sebagai salah satu dambaan rakyat terhadap perkembangan politik dewasa ini.

Mengutip laporan Unesco, Jacques Delors et al (1998), peran perguruan tinggi di negara berkembang sangatlah sentral. Itu tempat penyiapan sumberdaya manusia untuk mendukung pembangunan nasional, baik dari tenaga madia yang terampil maupun para pemikir dan ilmuwan peneliti yang handal. Bukan sebagai "pabrik sarjana"; bukan sebatas menerima mahasiswa sebanyak mungkin, membangun fasilitas fisik, namun universitas bersifat luwes dan tidak terdikte oleh kebutuhan pasar belaka. Perguruan tinggi mestinya lembaga pendidikan yang juga merupakan bagian dari kebudayaan bangsa yang tidak lepas dari nilai-nilai historis sebagai sumber identitas dan kesatuan nasional. Perguruan Tinggi bukan sekadar tempat riset, tetapi wadah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) Indonesia, baik di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun iptek.Sekarang ini, ada "sesuatu kekuatan" yang sudah masuk ke dalam kampus, yang mengakibatkan kemurnian kampus tercemar. Akibatnya, kemurnian intelektual sudah tidak bebas lagi. Bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan sudah mengandung "pesanan politik" tertentu. Ini berakibat pada pelaksanaan tugas Komnas HAM di lapangan. Kemudian, yang menjadi persoalan, bagaimanakah caranya mengembalikan peran kampus menghadapi masalah HAM sekarang?Tentu sudah saatnya HAM diajarkan di Perguruan Tinggi, baik itu sebagai pelajaran atau mata kuliah, terlepas ataupun digabungkan dengan mata kuliah yang lain. Memang mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan sudah diajarkan, tetapi masih permukaannya saja. Kemudian lenyap begitu saja. Ternyata kemudian ditindaklanjuti dengan ulah yang bertentangan dengan apa yang telah dipelajari itu. Dengan menerapkan pelajaran HAM di Perguruan Tinggi tentu mahasiswa semakin mengerti dan tidak mau jadi "pesanan politik" pihak tertentu. (Dimuat di Suara Merdeka, 17 Mei 2008)

PKM GT PENGGANTI KKTM

Program Kreativitas Mahasiswa-Gagasan Tertulis (PKM- GT) merupakan salah satu komponen utama PKM-Karya Tulis. PKM-GT merupakan jelmaan logis dari Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) setelah diintegrasikan ke dalam program PKM. Bergabungnya KKTM ke dalam PKM memberi konsekuensi tidak terselenggaranya jenjang kompetisi antar wilayah sebagaimana terjadi sebelumnya. Demikian pula pada pembidangan KKTM yang diklasifikasikan secara spesifik ke dalam lingkungan hidup, INTIM, IPA, IPS, Pendidikan dan Seni, ditiadakan.
Penyederhanaan ini tidak dimaksudkan untuk menghilangkan hal-hal baik yang telah susah payah dirintis Direktorat Akademik, namun corak proses yang beragam umumnya cenderung menyebabkan ketidakadilan. Di samping itu, fokus perhatian pada program PKM adalah kreativitas sehingga pembatasan- pembatasan atas dasar tema ataupun bidang keilmuan menjadi tidak signifikan.

PKM-GT menjadi akses mahasiswa dalam berlatih menuliskan ide-ide kreatif sebagai respons intelektual atas persoalan-persoalan aktual yang dihadapi masyarakat. Ide tersebut seyogyanya unik dan bermanfaat sehingga idealisasi kampus sebagai pusat solusi dapat menjadi kenyataan. Sebagai intelektual muda, mahasiswa umumnya cenderung pandai mengungkapkan fakta-fakta sosial, namun melalui PKM-GT, level nalar mahasiswa tidak hanya dituntut sampai sebatas mengekspos fakta tetapi justru harus mampu memberi atau menawarkan solusi. Sebagai salah satu PKM yang ditampilkan dalam PIMNAS, maka tata tertib dan segala sesuatu yang terkait pada persyaratan presentasi diatur tersendiri di dalam Pedoman PIMNAS 2009.

Agenda Karya Ilmiah 2009

Didasari kesadaran penuh atas adanya kesenjangan antara teori yang diperoleh mahasiswa dengan realita kebutuhan masyarakat, serta munculnya tuntutan masyarakat atas lulusan perguruan tinggi yang bermutu, mandiri dan siap mengantisipasi arah pengembangan bangsa, maka pada tahun 1997 DP2M merealisasikan Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi (PBKPT). Salah satu komponen kunci di dalamnya adalah Program Karya Alternatif Mahasiswa (KAM). Inilah satu-satunya program yang dapat diakses dan dilaksanakan mahasiswa, karena program lainnya seperti Kuliah Kewirausahaan (KWU), Kuliah Kerja Usaha(KKU), Magang Kewirausahaan (MKU), Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (KBPK) dan Inkubator Wirausaha Baru (INWUB) diperuntukkan bagi dosen. Walaupun ada persyaratan untuk menyertakan mahasiswa sebagai pelaku lapangan. KAM merupakan wahana kreasi bagi mahasiswa dalam menciptakan produk (barang atau jasa) yang akan menjadi komoditas usahanya kelak. Sedangkan pematangan sebagai entrepreneur dilakukan pada program INWUB. Dengan demikian, PBKPT merupakan satu kesatuan program pendorong Perguruan Tinggi (PT) dalam menghasilkan enter- ataupun teknopreneur dari kampus.

Dalam perkembangannya, KAM dirasa sangat membatasi ruang kreasi mahasiswa yang memiliki minat, bakat dan intelektual beragam. Pada tahun 2001, DP2M kemudian meluaskan KAM menjadi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang membuka peluang mahasiswa dalam berkarya seluas para dosennya. Sejak saat itu dikenal berbagai jenis PKM, yaitu: PKM-Penelitian (PKM-P), PKM-Penerapan Teknologi (PKM-T), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) dan PKM Penulisan Artikel Ilmiah (PKM-I). Pada tahun 2002, PKM bergabung dengan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dan Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) ke dalam program Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang dilaksanakan di Universitas Airlangga Surabaya.

Atas kebijakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, sejak tahun 2009 pelaksanaan Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) yang sebelumnya dikenal sebagai LKTM diintegrasikan pengelolaannya ke dalam PKM. Mengingat sifatnya yang identik dengan PKM-I, maka program KKTM dikelompokkan bersama PKM-I ke dalam PKM-Karya Tulis (PKM-KT). Untuk membedakannya, PKM-I diberi nama baru PKM-Artikel Ilmiah (PKM-AI) dan KKTM menjadi PKM-Gagasan Tertulis (PKM-GT) sesuai dengan sumber bahan penulisannya. Sesuai dengan sifat artikel yang dihasilkan, maka PKM-AI akan bermuara pada Jurnal Kreativitas Mahasiswa sedangkan PKM-GT menggantikan posisi PKM-AI di PIMNAS. Penilaian atas mutu usulan, proses pelaksanaan dan presentasi di PIMNAS, seluruhnya dilakukan berdasar atas level kreativitas mahasiswa dan orisinalitas. Orisinalitas dalam hal ini tidak hanya diartikan sebagai suatu temuan baru, akan tetapi ide yang akan direalisasikan murni berasal dari kelompok mahasiswa. Dengan demikian, Pembimbing PKM disarankan agar berperan sebagai pendamping mahasiswa yang mengawasi pelaksanaan PKM agar sesuai dengan misi masing-masing program dan tidak menjadikan mahasiswa sebagai bagian riset ataupun kegiatan akademik dosen lainnya.

Agar objektivitas pengelolaan PKM dan PIMNAS dapat terjaga dengan baik, DP2M memandang perlu menerbitkan Buku Pedoman PKM 2009 ini sebagai acuan bagi semua pihak di Perguruan Tinggi yang memerlukan informasi tentang sejarah, uraian umum, kriteria penulisan usulan, teknik penilaian di setiap tahap pelaksanaan, teknik penyusunan laporan seluruh program PKM yang ditawarkan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DP2M) Ditjen Dikti, juga bentuk apresiasi yang diberikan. Pedoman ini juga mengutip tanpa perubahan sebagian informasi Pedoman KKTM yang diterbitkan Direktorat Akademik Ditjen Dikti guna menghindari kesulitan realisasi PKM-GT di PT. Secara rinci penjabaran program PKM seperti di bawah ini:

PKM-P
Merupakan program penelitian yang bertujuan antara lain: untuk mengidentifikasi faktor penentu mutu produk, menemukan hubungan sebab-akibat antara dua atau lebih faktor, menguji cobakan sebuah bentuk atau peralatan, merumuskan metode pembelajaran, melakukan inventarisasi sumber daya, memodifikasi produk eksisting, mengidentifikasi senyawa kimia di dalam tanaman, menguji khasiat ekstrak tanaman, merumuskan teknik pemasaran, survei kesehatan anak jalanan, metode pembelajaran aksara Bali di siswa sekolah dasar, laju pertumbuhan ekonomi di sentra kerajinan Kasongan, faktor penyebab tahayul yang mewarnai perilaku masyarakat Jawa dan lain-lain kegiatan yang memiliki tujuan semacam itu.

PKM-T
merupakan program bantuan teknologi (mutu bahan baku, prototipe, model, peralatan atau proses produksi, pengolahan limbah, sistem jaminan mutu dan lain-lain) atau manajemen (pemasaran, pembukuan, status usaha dan lain-lain) atau lainnya bagi industri berskala mikro atau kecil (industri rumahan, pedagang kecil atau koperasi) sesuai kebutuhan calon mitra program.PKMT mewajibkan mahasiswa bertukar pikiran dengan mitra terlebih dahulu, karena produk PKMT merupakan solusi atas persoalan yang diprioritaskan mitra. Dengan demikian, di dalam usul program harus dilampirkan Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari Mitra pada kertas bermaterai Rp 6.000,-.
PKM-K
Merupakan program pengembangan ketrampilan mahasiswa dalam berwirausaha dan berorientasi pada profit. Komoditas usaha yang dihasilkan dapat berupa barang atau jasa yang selanjutnya merupakan salah satu modal dasar mahasiswa berwirausaha dan memasuki pasar.

PKM-M
Merupakan program bantuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam upaya peningkatan kinerja, membangun keterampilan usaha, penataan dan perbaikan lingkungan, penguatan kelembagaan masyarakat, sosialisasi penggunaan obat secara rasional, pengenalan dan pemahaman aspek hukum adat, upaya penyembuhan buta aksara dan lain-lain bagi masyarakat baik formal maupun non-formal.

PKM-AI
Merupakan program penulisan artikel ilmiah yang bersumber dari suatu kegiatan mahasiswa dalam pendidikan, penelitian atau pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukannya sendiri (studi kasus, praktek lapang, KKN, PKM, magang, dan lain-lain).

PKM-GT
merupakan program penulisan artikel ilmiah yang bersumber dari ide atau gagasan kelompok mahasiswa. Gagasan yang dituliskan mengacu kepada isu aktual yang dapat ditemukan di masyarakat dan memerlukan solusi hasil karya pikir yang cerdas dan realistik.

Dalam upaya mengefisienkan proses penilaian dan penyediaan reviewer, maka seluruh usulan akan dikelompokkan ke dalam masing-masing bidang PKM yang dituju (-P, -T, -K, -M, KT). Selanjutnya setiap usulan dalam setiap bidang PKM dikelompokkan lagi ke dalam tujuh kelompok bidang ilmu, yaitu:
1. Bidang Kesehatan, meliputi: Farmasi, Gizi, Kebidanan, Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Kesehatan Masyarakat, Psikologi.
2. Bidang Pertanian, meliputi: Kedokteran Hewan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Pertanian, Peternakan, Teknologi Pertanian.
3. Bidang MIPA, meliputi: Astronomi, Biologi, Geografi, Fisika, Kimia, Matematika.
4. Bidang Teknologi dan Rekayasa, meliputi: Informatika, Teknik, Teknologi Pertanian.
5. Bidang Sosial Ekonomi, meliputi: Agribisnis (Pertanian), Ekonomi, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
6. Bidang Humaniora, meliputi: Agama, Bahasa, Budaya, Filsafat, Hukum, Sastra, Seni.
7. Bidang Pendidikan, meliputi Program Studi Ilmu-Ilmu Pendidikan di bawah Fakultas Kependidikan.
Untuk program studi lain yang belum termasuk dalam pengelompokan bidang ilmu di atas, pengusul dapat memilih kelompok bidang ilmu yang terdekat. Perlu diketahui bahwa pengelompokan bidang ilmu tersebut tidak ada hubungannya dengan kuota kebidangan, tetapi akan digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan kedekatan bidang reviewer dengan usulan yang dievaluasi baik dalam seleksi proposal maupun penjurian PIMNAS.

Kecuali PKM-AI yang sebelumnya dikenal sebagai PKM-I, seluruh bidang PKM bermuara di PIMNAS. PKM-AI yang telah berwujud artikel ilmiah dinilai kurang relevan dipresentasikan dalam PIMNAS karena sifatnya sudah siap dipublikasikan.

Situs Universitas, Perlukah?

Belum lama ini sebuah media internasional Webometrics mengeluarkan peringkat situs terbaik di dunia. Situs milik 33 perguruan tinggi negeri dan swasta Indonesia masuk dalam kelompok 5.000 yang terbaik dari seluruh universitas di dunia. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan pemeringkatan situs perguruan tinggi yang dilakukan Times Higher Education pada tahun 2007 dan 2008. Penyusunan ranking didasarkan pada empat unsur penilaian, yaitu visibilitas (V) yang menghitung berapa banyak link eksternal yang terkandung website tersebut, ukuran (S) yang menghitung jumlah halaman yang tertangkap oleh mesin pencari. Kemudian juga dihitung dari kekayaan file (R), meliputi file jenis PDF (adobe acrobat), "Adobe PostScript", "Word Document", dan PPT (Presentation Document), serta "Scholar" (Sc) yang diambil dari data situs mesin pencari Google Scholar terkait dengan tulisan-tulisan ilmiah dari perguruan tinggi bersangkutan.

Pemeringkatan ini dimaksudkan untuk mendorong peningkatan pemanfaatan teknologi informasi di kalangan perguruan tinggi. Diyakini atau tidak, keberadaan situs sangat diperlukan bagi kemajuan sebuah perguruan tinggi. Awalnya, situs memang hanya untuk kalangan internal, tetapi jika terus dikembangkan, situs ini sangat membantu sebuah universitas menjadi lebih menonjol. Situs merupakan tempat memubilkasikan apapun yang dihasilkan baik penelitian maupun kegiatan-kegiatan perguruan tinggi tersebut. Dapat dikatakan situs merupakan ”simbol aktifitas” perguruan tinggi. Jika situs perguruan tinggi tidak berkembang, aktivitas di kampus itu pun bisa dikatakan tidak berkembang. Permasalahan yang dihadapi situs perguruan tinggi rata-rata sama, yaitu kurang up-to-date. Hal ini karena masih banyak aktifitas yang dilakukan perguruan tinggi belum terserap dalam situs.

Untuk mengantisipasi permasalahan itu, perguruan tinggi pun perlu melibatkan mahasiswanya dalam mengelola situs tersebut. Dengan harapan, informasi yang disampaikan melalui situs tersebut terus diperbaharui. Keterlibatan mahasiswa merupakan ajang pembelajaran bagi mahasiswa untuk bersosialisasi, menulis, serta berorganisasi. Ketika mahasiswa dilibatkan dalam sebuah situs, secara tidak langsung dia akan belajar bagaimana wawancara dengan narasumber, menulis, dan berorganisasi. Sedangkan bagi perguruan tinggi, dengan adanya keterlibatan mahasiswa dalam mengelola situs, aktifitas-aktifitas yang telah dilakukan secara up-to-date akan terserap dalam situs.

Dengan dikeluarkannya peringkat tersebut menandakan bahwa situs memeiliki peranan penting bagi perguruan tinggi, apalagi dalam era masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society) seperti sekarang.