BelajarInggris.net Tempat Kursus Bahasa Inggris Online cepat dan Mudah tanpa grammar Full Conversation / Percakapan Bersertifikat
Selamat Datang di Sastra Santri, Tempat Renungan, Diskusi, dan Aktualisasi Seorang Santri

Foto

Bersama Mahasiswa Thailand saat Berkunjung di Kediaman Pramoedya Ananta Toer.

Foto

Jalan-Jalan di IPB Bogor.

Foto

Saat Mau Menyeberang ke Pulau Bunaken, Manado, Sulawesi Utara.

Foto

Pertukaran Pelajar (Hungaria).

Foto

Jalan-Jalan Ke Kampung Inggris- Pare- Kediri- Jawa Timur.

Catatan Akhir Tahun 2009

Tahun 2009 sebentar lagi akan berakhir, dan fajar tahun 2010 segera menyongsong. Banyak peristiwa sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya yang telah terjadi di sepanjang tahun ini.Bila kita kaji paling tidak ada lima isu terhangat yang menjadi catatan di akhir tahun ini.

Pertama tentang kemiskinan dan kesejahteraan rakyat, kondisi kesejahteraan rakyat secara umum masih memprihatinkan.Upaya pemerintah mengurangi jumlah rakyat miskin tampaknya kurang membuahkan hasil, terbukti jumlah orang miskin masih sangat tinggi. Berbagai upaya pemerintah, mulai program Jaring Pengaman Sosial (JPS), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Askeskin dan Bantuan Tunai Langsung (BLT), tampaknya belum mampu menyelesaikan problematika kemiskinan dan kesejahteraan rakyat .

Kedua masalah korupsi masih menjadi problem akut buat Indonesia. Korupsi telah merusak sendi-sendi utama kehidupan bernegara, di antaranya membuat kebijakan pemerintah tidak berjalan optimal. Demikian ganasnya korupsi di Indonesia, dana bantuan bencana dan bantuan untuk orang miskin, seperti raskin (beras untuk orang miskin), juga dikorup.
Ketiga masalah disintegrasi bangsa, keutuhan bangsa sempat terancam dengan keberanian daerah untuk memisahkan dari NKRI, sebut saja maluku selatan (RMS), Papua, Aceh, dan sebagainya.

Di lembar keempat tertuang isu pemanasan global, hal ini tentunya juga tidak terlepas dari ulah tangan manusia. Penebangan hutan terus dilakukan. Ilegal logging pun tak kunjung selesai. Dalam 12 tahun saja (1991-2003), Indonesia sudah kehilangan 68 juta hektar hutan, atau sekitar 10 hektar per menit. Bayangkan, hutan seluas 15x lapangan bola lenyap setiap menit.

Terakhir masalah pendidikan masih menjadi masalah yang rumit bagi bangsa ini. Selain hal-hal penting tersebut, sepanjang tahun ini negeri yang oleh para pujangga dahulu disebut zamrud khatulistiwa juga tetap diwarnai oleh banyak sekali bencana berupa gempa, kebakaran, banjir dan longsong. Bencana tersebut juga menyisakan sebuah ironi Menilik berbagai persoalan yang timbul di sepanjang tahun 2009 dapat disimpulkan ada tiga faktor utama di belakangnya, yakni alam, sistem dan manusia termasuk kepemimpinan. Sudah saatnya kita mengevaluasi diri demi kemajuan di tahun yang akan datang. Program kerja yang belum terealisasi di tahun ini dikaji ulang, strategi-strategi baru harus segera disusun agar tahun 2010 menjadi lebih baik. Perubahan di tahun depan pasti diharapkan semua pihak, oleh karena itu, mari kita buka lembaran baru dengan slogan ”orang yang tidak sukses adalah orang yang takut akan perubahan”.

Bahasa dan Integrasi Bangsa

Keanekaragaman masyarakat Indonesia merupakan realitas objektif yang tidak dapat dipungkiri. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang paling majemuk komposisi jati diri budaya, agama, etnik, dan bahasanya, yang kemajemukan itu menjadi salah satu sumber kebanggaan bangsa. Muttaqin (2005) mengemukakan bahwa keanekaragaman yang ada di Indonesia di satu sisi akan memberi warna positif pada sistem nilai budaya bangsa apabila terwujud dalam bentuk interaksi yang saling melengkapi, tetapi di sisi lain dapat menjadi sumber konflik apabila tidak dipahami dengan baik. Keanekaragaman dianggap sebagai persoalan yang tampak terutama saat meletus konflik kepentingan antara negara dan komunitas berbasis etnik. Di Indonesia rusuh missal seperti yang terjadi di Sambas, Ambon, Poso, Papua, dan Aceh, merupakan indikator penguatan basis etnik di antara anggota komunitas-komunitas yang berbeda di tingkat lokal.
Oleh sebab itu, Alfian (2004) mengungkapkan bahwa konsep yang paling cocok adalah multikulturalisme yang penekanannya pada kesederajatan kebudayaan-kebudayaan yang ada dalam sebuah masyarakat. Multikulturalisme adalah sebuah perspektif alternatif untuk mengatasi pertentangan dan konflik sosial yang bernuansa etnis, agama, dan berbagai identitas primordial lainnya.
Bahasa sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat dalam satu kelompok etnik (intraetnik), maupun antaranggota masyarakat dua etnik atau lebih (antaretnik) tentu memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat multikultural. Berdasarkan fungsi tersebut, haruslah diakui bahwa bahasa, khususnya bahasa lisan selalu digunakan dalam dimensi sosial yang masyarakatnya multikultural, artinya pemakaian bahasa senantiasa melibatkan dua partisipan/pelibat atau lebih yang merupakan kelompok sosial terkecil. Kaitannya dengan masyarakat multikultural, bahasa sangat erat hubungannya dengan integrasi bangsa. Konflik yang terjadi karena perbedaan etnik,agama, budaya, maupun bahasa sangat membahayakan integrasi sosial masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki misi suci menciptakan masyarakat adil dan makmur atau mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur harus diselamatkan dari jurang kehancuran. Integrasi sosial Indonesia perlu diperkokoh dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengoptimalkan peran bahasa Indonesia.

Bahasa dan Integrasi Bangsa
Banyak ilmuan yang berbicara dan mendefinisikan bahasa. Ketika saya masuk kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, saya pun bingung ketika ditanya ”Bahasa itu apa?”. Mungkin ini bisa dimengerti karena sejak jaman Yunani Latin, dengan tokohnya yang sangat kita kenal dengan nama Aristoteles, orang sudah membicarakan tentang apa itu bahasa. Tetapi banyak yang tidak memperhatikan apa bahasa itu, karena bahasa sudah menyatu dengan kita, seperti halnya bahasa sudah menjadi detak jantung kita yang tidak pernah kita perhatikan.
Bloomfield seorang tokoh linguistik struktural mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota- anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Karena merupakan sistem, bahasa itu mempunyai aturan-aturan yang saling bergantung, dan mengandung struktur unsur-unsur yang bisa dianalisis secara terpisah-pisah. Jika dikaitkan dengan budaya, bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi saja, melainkan sebagai wujud apresiasi budaya. Pernah kita dengar maqolah ”Bahasa menunjukkan bangsa”, ujaran tersebut saya kira juga berlaku untuk budaya. Indonesia merupakan bangsa yang kanya akan bahasa dan budaya. Keanekabahasaan dan budaya yang ada di Indonesia harus diperhatikan agar tidak terjadi disintegrasi sosial masyarakat.
Menurut Martinet (1978:21) dalam Bunga Rampai Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra (Pusat Bahasa, 2001:471), bahasa merupakan pranata sosial. Pranata manusia tersebut bukan merupakan bahan dasar, melainkan merupakan hasil kehidupan bermasyarakat. Itulah sebabnya bahasa bisa berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman. Dalam linguistik umum yang saya dapatkan sewaktu duduk dibangku kuliah, dikatakan bahwa bahasa bersifat universal, bahasa itu bersifat umum. Jika kita kaji lebih mendalam, memang bahasa bersifat universal, namun sifat itu hanya berlaku di beberapa bahasan saja, seperti semua bahasa memiliki sistem sintaksis yang sama, sistem fonologi yang sama, dan sebagainya. Berkaitan dengan Indonesia yang multikultural, keanekabahasaan akan kita temukan secara jelas. Setiap suku di Indonesia memiliki bahasa yang khas, seperti Jawa dengan bahasa Jawa, Sunda dengan bahasa Sunda, Batak, Madura, dan sebagainya.
Keanekaragaman bahasa jika tidak dibina dengan baik akan memunculkan masalah yang mengancam integrasi bangsa. Menurut Claude Ake (dlm Nazaruddin Syamsuddin, Integrasi dan Ketehanan Nasional di Indonesia, Lemhanas, Jakarta 1994, hal3) integrasi nasional pada dasarnya mencakup dua masalah pokok, yaitu 1) bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh kepada tuntutan-tuntutan negara, yang mencakup perkara pengakuan rakyat terhadap hak-hak yang dimiliki negara, dan 2) bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mengatur prilaku politik setiap anggota masyarakat, konsensus ini tumbuh dan berkembang diatas nilai-nilai dasar yang dimiliki bangsa secara keseluruhan. Sedangkan menurut pakar sosiologi, Manrice Duverger dalam bukunya, mengatakan sebagai berikut:
“Integrasi didefinisikan sebagai “dibangunnya interdependensi yang lebih rapat antara bagian-bagian antara organisme hidup atau antar anggota-anggota dalam masyarakat, sehingga integrasi adalah proses mempersatukan masyarakat, yang cenderung membuatnya menjadi suatu kata yang harmonis yang didasarkan pada tatanan yang oleh angota-anggotanya dianggap sama harmonisnya”.
Dari kedua pengertian di atas pada hakekatnya integrasi merupakan upaya politik/ kekuasaan untuk menyatukan semua unsur masyarakat yang majemuk harus tunduk kepada aturan-aturan kebijakan politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur yang ada dalam masyarakat majemuk tadi, sehingga terjadi kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan nasional dimasa depan untuk kepentingan bersama.
Keanekabahasaan di Indonesia jika disikapi positif akan memperkuat integrasi bangsa, meskipun banyak ragam bahasa yang dimiliki, namun keragaman tersebut akan menambah kekayaan budaya kita.